Senin, 29 Desember 2008

Kasih Rivanol

KASIH RIVANOL

Doyok dan Lina adalah sepasang kekasih yang sudah sering melakukan oral sek, namun belum pernah penetrasi, jadi Lina masih perawan. Sampai pada suatu hari, saat Doyok ingin meng-oral kemaluan Lina, dia terkejut
Doyok : “Yang, kenapa kemaluan kamu jadi kuning gini ?”
Lina : “Iya, mas. Kemarin waktu aku onani, tiba-tiba kok kemaluanku mengeluarkan darah, jadi aku kasih Rivanol aja biar darahnya berhenti.”
Doyok :”?????”

Selasa, 09 Desember 2008

KASUS I

SISWI ITU TERNYATA …..
(KASUS I : PEMBUNUHAN OLEH SISWI SMP)


“Seorang PNS ditemukan tewas di salah satu kamar hotel dengan kondisi kemaluan terputus dan berlumuran darah. Di dalam kamar ada seorang siswi dengan mengenakan baju seragam sebuah SMP terkenal di Jakarta dan potongan kemaluan itu terletak tidak jauh dari siswi itu duduk. Dugaan sementara siswi ini adalah pelaku pemotongan kemaluan PNS tersebut. Namun sampai berita ini diturunkan belum ada informasi lebih lanjut apakah siswi tersebut adalah pelaku atau bukan. Pihak kepolisian baru menetapkan siswi tersebut sebagai saksi, karena siswi tersebut masih belum mau bicara dan kemungkinan terkena depresi berat. Sementara ini siswi tersebut ditempatkan di Rumah Sakit Jiwa …..”
Sialan. Gue keduluan nich. Ini berita hangat dan bagus nich. Gue mesti cari itu anak dan harus bisa mewawancarainya secara eksklusif buat tabloid gue.
Dan tanpa berfikir panjang lagi, aku yang berprofesi sebagai wartawan merasa ini sebuah berita hangat dan harus diburu, bila perlu aku harus mewawancarai anak itu secara khusus sebelum keduluan lagi.
Tiba di Rumah Sakit Jiwa, aku segera meloby kepala Rumah Sakit Jiwa agar aku diberi waktu untuk melakukan wawancara dengan gadis itu.
Di sebuah kamar tertutup dan tidak ada orang yang bisa melihat dari luar dan hanya tersedia meja seukuran meja makan serta dua buah kursi, akhirnya aku berhasil dipertemukan dengan gadis itu dan melakukan wawancara tanpa ada orang lain selain kami berdua. Segera kukeluarkan kertas catatan dan alat perekam.
“Selamat siang dek…”
“Nila.”
“Oh, iya Nila. Perkenalkan dulu saya wartawan dari tabloid XXX. Tentu kamu sudah dikasih tahu sama perawat, kalau saya mau mewawancarai kamu dan saya pengen kamu bicara jujur apa adanya pada saya. Bisa kan ?”
Nila sejenak terdiam. Kurasa ia sedang mempertimbangkan sikapnya atau memang masih terkena depresi seperti yang diberitakan di koran yang tadi kubaca.
“Boleh. Kalau mas…”
“Panggil saja saya Mas Anto.”potongku.
“Ya Mas Anto, kalau Mas memang mau tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
Aneh. Kenapa di Koran yang gue baca tadi katanya ini cewek ga mau bicara dan terkena depresi berat, tapi kok dia sepertinya nyantai aja dan tidak ada beban ngomong ama gue, ya… Ach masa bodoh dech, yang penting gue harus berhasil mengorek semua cerita dari dia.
“Ok. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih dulu atas kesediaan adek Nila untuk bercerita. Sekarang, silahkan dek Nila mulai.”
“Dari mana Mas ?”
“Terserah, darimana aja.”
“Karena Mas mau cerita apa adanya. Nila mulai dari awal aja, ya Mas?”
“Boleh. Itu mungkin lebih baik.”
“Begini mas….” Nila memulai ceritanya.
“Jujur aja Mas, Nila sebenarnya dari kecil tidak mengerti apa itu seks atau hubungan badan, tapi sejak Nila diajak nonton film yang mempertontonkan hubungan badan di rumah temen, Nila jadi sering ngebayangin gimana sich rasanya main begituan ? Kok kayanya orang yang maen di film itu begitu menikmati permainannya. Sejak itu Nila jadi kepengen, tapi Nila takut dan bingung mau main ama siapa.”
“Pacar, Nila ga punya. Maklumlah, wajah pas-pasan gini cowok mana sih yang mau ngelirik ? Mau ngajak temen cowok yang mau aja, nti dibilang wanita murahan lagi. Masa baru SMP aja sudah dapet “cap” murahan ?”
“Nila juga bingung karena bentar lagi harus menghadapi Ujian Nasional. Akhirnya kalau Nila lagi kebayang dan kepengen, Nila masturbasi aja, Mas. Nila raba-raba tubuh sendiri. Nila buka pakaian satu per satu sampai terlepas semua dan telanjang bulat. Nila pandangin tubuh telanjang itu di cermin sambil meremas-remas payudara yang sudah mulai membesar. Meski wajah pas-pasan, tapi bentuk tubuh Nila sudah seperti wanita dewasa. Payudara Nila… Ga kalah dech sama temen-temen cewek di sekolah. Malah kalau diadu, mungkin payudara Nila yang menang. Hehe…”
Memang kalau dilihat dari luar, tubuh anak ini sudah seperti cewek dewasa. Payudaranya juga seperti yang dibilangnya, sudah menonjol dan membuat jakun laki-laki naik turun. Ga tahu memeknya sudah lebat belum bulunya, ya…??? Kontolku pun jadi ngaceng waktu dia mempromosikan tubuhnya itu. Tapi aku masih berusaha jaga “image”.
“Kalau udah ngaca, Nila jadi suka lupa diri. Abis Nila kagum banget ama tubuh Nila sendiri. Setelah puas memandangi tubuh sendiri dan meraba payudara, tangan Nila turun sampai ke daerah yang lebih sensitif lagi. Nila raba-raba memek yang baru sedikit ditumbuhi bulu. Memek Nila gesek-gesek, tapi jari Nila ga sampai masuk ke dalam, karena Nila takut cowok yang pertama menyetubuhi Nila kecewa. Nila cuma gesek bagian atas dan pinggirnya sampai puas dan keluar cairan kaya pipis.”
“Rasanya nikmat sekali kalau sudah begitu, Mas. Nila jadi ketagihan dan dalam seminggu bisa tiga atau empat kali Nila masturbasi. Tapi Nila tetap kepengen merasakan ada sesuatu yang bisa masuk ke dalam memek Nila. Nila pengen yang masuk ke memek itu adalah kontol yang bisa menembus keperawanan Nila. Dari situ Nila jadi merasa sudah terkena penyakit maniak seks, Mas…”
“Itu cerita awalnya, Mas…”
“Lho kok Mas jadi ngelamun sich…?”
“Ehmm…. Ga kok. Bagus…” Ditegur begitu aku jadi setengah bingung, karena sebenarnya meski baru segitu ceritanya, tapi sudah membuatku terangsang. Dari tadi aku membayangkan bagaimana nikmatnya mencumbui tubuh gadis yang ada dihadapanku ini. Kontolku pun sudah semakin tegang dan keras, sepertinya sudah mau berontak ingin dikeluarin dari dalam celana. Tapi aku masih berusaha untuk tidak melakukannya, khawatir ceritanya jadi terputus.
“Eh… Terusin dong ceritanya.”
“Ya udah, Nila terusin ya… tapi mas jangan ngelamun lagi…”
“Ok. Mas janji dech… mau dengerin cerita dek Nila ga make ngelamun.”
“Pagi itu, Nila seperti biasa berangkat ke sekolah lepas subuh bareng adek yang masih SD dan dianter ama ibu make KRL ekonomi jurusan Tanah Abang. Kita brangkat dari Stasiun Bojong Gede dan turun di Stasiun Tebet. Sampai di dalam gerbong KRL, ternyata lampunya mati dan penumpang padat sekali, jadi tidak ada ruang antara penumpang. Tubuh kami saling menempel.”
“Di belakang Nila ada bapak-bapak. Waktu brangkat dari stasiun Bojong sih biasa aja, ga ada gejala apa-apa. Tapi lama-lama Nila merasakan sepertinya dari balik celana bapak itu kok ada yang bergerak ke atas dan makin besar gitu. Nila menebak kayanya kontol bapak itu ngaceng gara-gara pantat Nila nempel ke kontolnya dech. Nila pikir ga pa-pa dech, kan Nila belum tau gimana sich sebenarnya kalau cowok itu terangsang dan ngaceng. Lagian Nila juga lagi penasaran ama rasanya kontol. Nila biarin aja bapak itu menempelkan terus kontolnya dan menggesek-gesekkannya ke patat Nila.”
“Lama-lama Nila juga jadi terangsang dan sepertinya celana dalam Nila sudah mulai basah gara-gara memek Nila mengeluarkan cairan. Dari semula berdiri tegak, Nila sekarang mulai sedikit membungkukkan badan Nila dengan kedua tangan berpegangan pada jendela KRL, maksudnya biar gesekan kontolnya lebih berasa di pantat Nila. Ternyata emang dengan posisi seperti itu Nila bisa lebih merasakan sensasi kontol bapak itu yang sekarang mulai berdenyut-denyut kaya ada yang gerakkin. Nila sangat berharap bapak itu bisa lebih nakal lagi dengan menggerayangi tete atau memek Nila yang sudah basah dari belakang, karena waktu itu matahari belum terlihat dan gerbong juga masih gelap. Tapi nyatanya bapak itu hanya menempelkan dan menggesek-gesek kontolnya saja, sementara tangannya tetap bergelayutan di besi pegangan buat penumpang yang berdiri. Nila pun jadi kecewa. Lebih kecewa lagi ketika baru melewati beberapa stasiun saja bapak itu malah menghentikan aksinya.”
“Nila ga tau kenapa bapak itu menghentikan aksinya, padahal Nila sangat berharap aksinya bisa berlanjut biar Nila terpuaskan. Biarlah Nila ke sekolah dengan celana dalam yang basah. Kan dari luar juga ga ketahuan. Begitu pikir Nila waktu itu, Mas. Tapi itu tidak terjadi. Nila rasakan celana dalam Nila hanya basah sedikit saja. Nila mau nanya langsung malu, akhirnya cuma bisa bertanya-tanya dalam hati aja. Apa mungkin waktu kontol bapak itu berdenyut-denyut berarti cairan spermanya keluar dan bapak itu sudah puas ?. Tapi kenapa bisa secepat itu, ya ?”
“Waktu itu Nila cuma bisa diam. Karena bapak itu melakukan aksinya tanpa ada kata-kata, Mas.”
“Begitu matahari sudah mulai menyinari gerbong KRL, bapak itu mengajak ngobrol. Dia menanyakan nama dan sekolah Nila. Nila jawab sejujurnya saja, karena memang dari kecil ibu mengajarkan Nila kalau ditanya orang mesti dijawab dengan jujur.”
“Namun pertemuan pada hari itu terputus ketika KRL sampai di Stasiun Tebet dan Nila harus turun. Sebelum turun Nila sempat melihat wajah bapak itu dan berpamitan. Wah, ternyata meski sudah bapak-bapak, tapi masih keliatan ganteng, lho Mas… kaya Pierce Brosnan yang maen 007 itu lho.”
“Tapi Mas Anto juga ganteng kok. Hehe…”
“Eh, kamu bisa juga bercanda nich… Masa sich Mas Anto ganteng ?” Aku berusaha menanggapi komentarnya dengan tenang agar dia bisa lebih rileks dengan ceritanya, meskipun dari balik celanaku ada yang tegang. Tapi sayang, hari ini harus terputus akibat aku tidak merencanakan pertemuan ini dengan matang, sehingga aku membuat kekeliruan dengan membawa alat perekam yang berkapasitas rendah dan hanya dengan cerita yang baru awalnya saja memorynya sudah penuh.
“Sory Nila, mungkin untuk hari ini ceritanya harus tertunda dulu, karena alat perekamnya sudah full nich. Tapi saya janji besok pagi pasti balik lagi. Ga pa-pa kan ?”
“Ya sudah Mas, besok Nila tungguin, ya.”
“Ok.”
Aku pun berdiri untuk pamitan setelah dirasakan kontolku tidak ngaceng lagi.

== o0o ==

Hari ini aku bangun pagi dengan penuh semangat, karena ada berita yang bisa mengangkat omzet tabloidku dan aku bisa mendapatkan honor yang tinggi bila cerita ini jadi headline news. Apalagi kalau memang Nila yang memang melakukan pembunuhan dengan memotong kemaluan PNS itu.
Tanpa harus izin lagi seperti kemarin, aku langsung ketemu Nila di kamar yang kemarin juga.
“Pagi Nila…”
“Wah… Mas Anto bener-bener nepatin janji nich…”
“Iya dong… tapi Mas Anto juga minta Nila mau janji nich…”
“Janji apaan, Mas ?”
“Mas mau Nila janji ga nyeritain dulu ama siapa pun sebelum Mas memuat cerita Nila di tabloid Mas. Gimana ? Bisa kan ?”
“Buat Mas Anto yang ganteng, Nila mau janji.” Senyumnya ternyata manis juga, membuat hilanglah segala kehitaman kulit dan wajah yang memang pas-pasan.
“Ok. makasih kalau Nila mau janji. Sekarang langsung mulai lagi aja, ya…”
“Sejak ketemu di KRL itu, kita jadi sering ketemu, karena jam brangkat Nila ke sekolah dan bapak itu kerja sama, jadi kita sering satu kereta dan satu gerbong. Sering juga kita janjian. Tapi setiap kali kita ketemu, Pak Tuppal tidak pernah berbuat nakal lagi ama Nila, malah dia terlihat begitu sopan. Apalagi di depan Ibu Nila. Sampai waktu itu Nila diajak jalan ama Pak Tuppal ke Ancol setelah pembagian raport semester satu. Di situ Pak Tuppal menyewa tenda yang ada di pinggiran pantai.
“Nila, kamu pernah lihat kontol orang dewasa ga ?” Dia langsung bertanya begitu waktu kita sudah berada di dalam tenda.
Wah… mulai nakal lagi nich… ini yang Nila tunggu dari dulu…
Tapi Nila cuma bisa menggelangkan kepala sambil tersenyum malu-malu mau gitu.
“Kamu mau lihat punya bapak ? Tapi jangan diketawain, ya … soalnya punya bapak kecil.”
Kembali Nila cuma bisa menggeleng dan tersenyum simpul. Karena memang selama ini Nila tidak pernah melihat kontol orang dewasa. Yang sering Nila lihat hanya kontol anak-anak.
Tanpa ragu-ragu dengan posisi setengah berdiri Pak Tuppal mulai melepas ikat pinggangnya dan kancing celana panjangnya dikeluarkan dari lubangnya. Resletingnya pun diturunkan, maka melorotlah celana panjang itu dan sekarang tampaklah tonjolan kecil kontol Pak Tuppal dari balik celana dalamnya.
Begitu celana dalamnya diturunkan, Nila sempat terperanjat melihat kontol Pak Tuppal. Ternyata memang benar apa yang dibilangnya tadi. Tadinya Nila pikir semua kontol orang dewasa pastilah besar dan panjang, ternyata punya Pak Tuppal kayanya ga jauh beda ama punya keponakan Nila yang masih kelas dua SD.
“Kok bengong ? Heran, ya kontol bapak kecil gini ? Bener kan yang tadi bapak bilang ke kamu.”
“Coba sekarang kamu pegang dan urut-urut kontol bapak.”
Karena Nila sudah kepengen dari dulu, Nila pun nurut aja disuruh megang kontol Pak Tuppal. Nila fikir, siapa tahu dia jadi kepengen nyoblos memek Nila yang masih perawan ini.
Setelah Nila pegang-pegang dan urut-urut persis kaya di film yang pernah Nila tonton, kontol Pak Tuppal pun mulai bergerak membesar sampai Nila kembali terperanjat karena setelah ngaceng secara penuh, kontol yang tadinya kecil banget sekarang jadi gede banget dan panjang lagi. Mungkin sekitar 15 centian panjangnya.
Dari lubang kontol itu pun keluar cairan bening yang agak kental seperti ingus. Nila usap cairan itu dengan jari. Tanpa diperintah atau diajarin sama Pak Tuppal Nila langsung menjilat jari Nila yang ada cairannya itu.
Ternyata rasanya asin…
Tangan Nila kembali mengurut-urut kontolnya hingga keluar lagi cairan yang tadi, tapi kali ini Nila balurkan ke batang kontolnya untuk memperlicin urutan tangan Nila ke kontolnya.
“Kamu mau kan jilatin kontol bapak ?”
Semula Nila sedikit ragu untuk menjilati kontol Pak Tuppal. Tapi karena penasaran, Nila mulai menjilati ujung kontol. Lubangnya Nila mainkan dengan lidah Nila. Nila lihat Pak Tuppal kayanya keenakan, akhirnya Nila terusin jilat-jilat kontolnya. Dari mulai ujung lubang ampe ke pangkal, bahkan bijinya pun tidak luput dari jilatan Nila. Nila waktu itu bener-bener pengen nyicipin semua yang dimilikinya.
Nila juga merasakan celana dalam Nila mulai basah.
Sambil melakukan aksi jilat itu Nila terus ngingetin apa yang dilakukan di film. Semua yang ada di film itu Nila coba praktekkan. Nila kulum-kulum dan kocok-kocok kontol Pak Tuppal sampai akhirnya dia seperti sudah tidak tahan lagi.
“Nila… eh … enak banget… air mani bapak mau keluar nich… telen aja ya sayang….”
Crot… crot…crot… Nila merasakan ada yang menyembur di dalam mulut Nila.
Beneran dech… bapak itu muncratin air maninya di dalam mulut Nila.
Kembali karena penasaran Nila telan juga air mani itu ampe abis.
Rasanya agak pahit sich… tapi enak jugalah… Lagian bapak itu emang kayanya nyuruh Nila menelan habis air maninya.
“Luar biasa… enak banget kuluman kamu sayang… ampe bapak ga tahan.. Padahal biasanya bapak ga pernah ampe keluar kalau dikulum istri bapak. Sekarang gantian ya… bapak yang ngulum memek Nila.”
Tanpa perlawanan, Nila biarin Pak Tuppal menyibak rok biru Nila dan langsung melorotkan celana dalam yang sudah basah. Kini terlihatlah di depan matanya memek Nila yang baru ditumbuhi bulu beberapa lembar saja.
Mungkin karena bapak itu sudah kepengen ngulum memek Nila dari dulu, maka begitu memek Nila tersanding di depan matanya langsung saja kepalanya menunduk dan mendekati memek Nila. Diciuminya dengan lembut gundukan kecil memek Nila. Diusap-usap rambutnya.
Rasanya geli banget… beda ama main sendiri. Tapi gelinya lama-lama membawa nikmat juga.
Akibat nafsu yang sedari tadi begitu bergejolak di benakku, maka tidak lama setelah Pak Tuppal memainkan lidahnya di lubang memek Nila, Nila sepertinya sudah tidak tahan lagi. Dan mengalirlah air kenikmatan dari lubang itu.sampai membuat Nila lemas. Seperti yang Nila lakukan, Pak Tuppal juga menghisap habis cairan itu sampai bersih.
Ehm… baru dijilatin ama lidah aja nikmat banget, ya… apalagi kalau dimasukin kontol ….
Sebetulnya setelah Nila kembali merasa segar, Nila kepengen Pak Tuppal melanjutkan dengan memasukkan kontolnya ke dalam memek Nila. Tapi dia malah mengajak keluar dari tenda buat cari makan dan langsung pulang.
Nila kecewa, Mas… tapi apalah daya Nila… karena Nila malu mau minta dientot. Masa Nila yang minta sich…
“Mas… kok ngelamun lagi…?”
“Oh… ga kok… Mas bukan ngelamun, tapi lagi menghayati cerita Nila. Gimana seandainya yang ada di tenda itu bukan Pak Tuppal.”
“Jadi, Mas mau kontolnya dikulum ama Nila juga ?”
“Ya… kalau Nila ga keberatan… boleh juga. Daritadi kontol Mas juga sudah ngaceng. Atau mungkin sudah ngeluarin cairan yang kata Nila tadi rasanya asin itu.”
Tanpa ba bi bu lagi Nila langsung mendekatiku. Meraba kontolku yang sudah menonjol dari luar celana panjangku. Diturunkannya resleting celanaku, sehingga terlihatlah kontolku yang sudah menyembul dari celana dalam. Melihat tonjolan kontolku seperti itu, Nila langsung menyingkap celana dalamku dan seketika terbebaslah kontolku. Dipegang-pegang dan diurut perlahan kontol yang sudah ngaceng itu.
Biar baru mengenal seks atau tepatnya kontol orang dewasa, tapi caranya memegang dan mengurut seperti orang yang sudah profesional. Ah… enak banget… Tapi gue jadi bingung lagi nich… kenapa dengan Pak Tuppal dia ga berani ngomong apalagi langsung beraksi, tapi kok ama gue langsung nyosor aj, ya….??? EGP aja dech, yang penting gue ngerasain enaks….
Sikapnya yang agresif itu membuatku untuk tidak ragu lagi melepas segala yang menghalangi kontolku. Mulai dari ikat pinggang, kancing celana panjang, sampai celana dalamku semuanya kulepas. Dan sekarang Nila dengan bebas mengeksploitasi seluruh bagian bawah perutku karena tak ada lagi yang menutupi bagian bawah tubuhku ini.
Dilumatnya kontolku oleh mulutnya persis seperti anak kecil makan permen atau es balon. Dua buah biji yang bergelantungan di bawah kontolkupun tak luput dari jilatannya, bahkan sampai ke lubang pantat dia mainkan juga. Dijulurkan lidahnya hingga masuk ke lubang pantatku.
Wow… sensasinya benar-benar luar biasa…
Setelah puas menjilati lubang pantatku, lidahnya kembali ke kontolku yang ngaceng keras sekali. Dijilat-jilat dan dikocok-kocok. Sampai aku pun sepertinya sudah tidak tahan lagi. Ingin memuntahkan isi dalam dua biji kontolku. Tapi aku tidak berusaha mencabut kontolku dari mulutnya. Aku ingin membiarkan air maniku ditelannya seperti yang dilakukannya dengan Pak Tuppal. Tidak lama kemudian muncratlah air maniku dan langsung masuk ke dalam tenggorokkannya.
Crot…crot…crot… Lima semburan air mani ditelannya.
Setelah muncrat, Nila tidak langsung mencabut kontolku dari mulutnya, diurutnya kontolku itu supaya sisa air mani yang ada di ujung batang kontolku tidak terbuang dan dijilatinnya lubang kontolku sampai bersih.
“Ehm… enak Mas… Kok air mani Mas ada rasa manisnya, ya…?”
“Oh… itu karena tadi pagi Mas banyak makan buah.”
Kubimbing Nila untuk berdiri. Kurapatkan tubuhku. Kucium bibirnya dan tanganku mulai bergerilya dengan membuka resleting roknya. Dia terlihat begitu pasrah. Mungkin benar apa yang dikatakannya tadi, kalau dia memang maniak seks. Seteleh roknya berhasil turun ke bawah, akupun mulai jongkok menghadap persis di depan memeknya yang masih ditutupi celana dalam berwarna putih. Kuraba celana dalam yang sudah basah oleh cairan kenikmatan. Kuelus-elus dulu bagian itu. Nila menggelinjang dan makin basahlah celana dalamnya jadi seperti ngompol. Kuturunkan celana dalamnya. Memeknya benar-benar menggoda. Warnanya yang merah dengan bulu-bulu halus yang baru sedikit tumbuh di bagian tepi dan atasnya. Aku jadi ga sabar untuk melahap memek itu. Kujilati dulu bulu halus itu.
Ehm… beda banget ama cewek yang sudah dewasa. Bulu-bulu halus itu nikmat sekali buat dijilat-jilat.
Setelah puas dengan bagian bulu, aku mulai mengarahkan lidahku ke bagian lubang memeknya. Kusingkap lubang itu dengan tangan kananku.
Luar biasa… benar-benar indah memeknya. Lubangnya juga kelihatan masih begitu sempit. Sepertinya belum ada kontol yang masuk ke lubang itu. Kenapa Pak Tuppal tidak mau mencoblos memek seindah ini, ya…?
Nila makin menggelinjang hebat saat lidahku bermain di bagian dalam memeknya. Sampai lama kelamaan cairan nikmat menyembur dari lubang itu.
Nila pun lemas.
“Om juga enak banget jilatannya. Ampe Nila ga bisa bertahan lama.”
“Nila sudah puas ?”
“Untuk sementara ini Nila cukup puas Om.”
“Ok. sekarang Nila selesaikan ceritanya dulu dong. Om masih penasaran nich.”
“Oh, iya Nila belum selesai cerita, ya…”
Dalam keadaan yang sama-sama tidak tertutup pakaian pada bagian bawah kami, Nila melanjutkan ceritanya. Kontolku pun perlahan kembali ke kondisi normal.
“Berbulan-bulan kembali Nila hanya bisa masturbasi. Karena sejak peristiwa di Ancol itu, Pak Tuppal tidak pernah lagi ngajak main. Untuk ngajak Pak Tuppal, Nila masih belum berani. Padahal Nila sudah pernah mengulum kontolnya dan dia pun sudah menyedot cairan yang keluar dari memek Nila. Nila jadi pusing. Tiap hari harus menahan libido yang semakin hebat. Sekarang Nila jadi tiap hari masturbasi aja, Mas. Ga bisa lagi tiga atau empat kali seminggu. Sampai akhirnya….”
“Nila, kamu lulus kan ?”
Dia langsung menelepon dan menanyakan kelulusanku tepat di hari pengumuman. Pak Tuppal memang begitu perhatian padaku.
“Lulus dong, pak… Bapak mau kasih hadiah apa nich ?”
“Hadiah apa, ya…. Gimana kalau kontol bapak aja buat hadiah kelulusannya ?”
“Ih, bapak nakal dech…”
“Tapi kamu suka kan kalau bapak nakal ?”
Rupanya dia juga memperhatikanku. Karena sampai saat ini aku tidak pernah melakukan perlawanan apapun atas perlakuan nakalnya padaku.
“Ehm… abis enak banget sich…”
“So gimana kalau kita hari ini check- in ke hotel aja ?”
Gila… dia ngajak check-in. Wajah Nila bener-bener sumringah. Untung Pak Tuppal ngomongnya lewat telepon, jadi ga keliatan dech.
“Ehm… boleh juga, siapa takut. Hehe….”
Setelah kami berada di kamar hotel, Pak Tuppal langsung memeluk tubuh Nila.
“Nila… bapak pengen banget nyobain memek Nila. Nila mau kan kalau kontol bapak dimasukkin ke memek Nila ?”
Wow… mimpi ini ternyata sekarang bakal jadi kenyataan.
Perlahan kontolku mulai ngaceng lagi. Kudekati Nila.
“Bibir Pak Tuppal langsung mencium bibir Nila. Tangannya pun langsung meremas payudara Nila.”
Aku pun mencium bibir dan meremas payudaranya.
“Dengan sedikit terburu, Pak Tuppal berhasil menelanjangi Nila sampai tidak ada lagi yang menutupi tubuh indah ini.”
Nila rasa Pak Tuppal juga sudah tidak sabar untuk dapat menikmati memek Nila.
“Mendapat perlakuan seperti itu, Nila yang juga memang sudah begitu pengen dientot, langsung menelanjanginya. Sekarang kami berdua benar-benar telanjang bulat. Nila sudah tidak perduli lagi apakah Pak Tuppal memang hanya ingin menikmati tubuh Nila ataukah cinta, yang penting Nila berharap kali ini akan tersalurkan semua keinginan Nila.”
“Nila juga melihat kontol Pak Tuppal sudah sedemikian kerasnya. Sepertinya memberikan tanda bahwa kontolku siap buat membelah memek.”
Aku memang berusaha menghadirkan ceritanya dalam gerakan yang sesuai dengan yang diucapkannya agar dia dapat lebih tenang dalam bercerita apa adanya. Semua gerakanku pun diikuti oleh Nila. Aku dan Nila yang daritadi sudah telanjang di bagian bawah, sekarang pun sudah telanjang bulat, tak ada lagi sehelai benang yang menutupi tubuh kami.
“Meskipun Nila sudah lama memendam keinginan untuk dientot, Nila tetap saja nervous waktu digendong dan ditidurkan terlentang di atas spring bed. Nila dapat merasakan tubuh ini jadi panas dingin.”
“Namun seolah tak peduli dengan perasaan itu, Pak Tuppal menjilati seluruh bagian tubuh Nila tanpa terlewatkan. Dari bibir, pindah ke telinga, leher, payudara, perut, lubang pusar, hingga terakhir di lubang memek. Mungkin ini memang teknik untuk mencoba menenangkan perasaan Nila.”
“Setelah dirasakan memek Nila basah, Pak Tuppal mengarahkan kontolnya ke lubang memek Nila.”
“Siap sayang ?”
“He-eh” Nila memberikan jawaban dengan tegas, tanpa ada ragu akan kehilangan keperawanan.
“Digosok-gosokkannya terlebih dahulu kepala kontolnya di bibir memek Nila. Cairan dari memek Nila membasahi kepala kontolnya. Setelah yakin dan sedikit basah kontolnya, mulailah kontol itu mencoba menerobos masuk ke dalam memek Nila.”
“Ach…”
“Sakit sayang ?”
“He-eh… pelan-pelan aja masuknya ya…”
“Iya. Tahan sedikit ya kalau sakit.”
“Hemm.”
“Kembali kontolnya dicoba dimasukkan, setelah tadi dilepas karena aku mengeluh sakit.”
“Dengan sedikit memaksa, kontol itu berusaha menerobos masuk memek Nila, dan ketika baru setengah kontol itu masuk, sakitnya semakin menjadi. Tapi Nila berusaha menahan sakit itu dan membiarkan dia memasukkan terus kontolnya hingga tenggelam seluruh batangnya.”
“Darah perawan pun perlahan mengalir membasahi bibir memek, sprei dan kontolnya. Sejenak kontol itu dibiarkan diam di dalam memek tanpa gerakan apapun. Setelah yakin Nila tidak lagi merasakan sakit, ditariknya secara perlahan kontol itu seperti ingin dilepas. Namun baru saja setengah batang kontol itu terlihat keluar, dimasukkannya kembali ke dalam memek hingga tenggelam seluruhnya lagi. Gerakan itu terus dilakukannya berulang-ulang. Aku pun mulai menikmati kontol itu. Rasa sakit yang sebenarnya masih kurasakan pun terkalahkan oleh rasa nikmat yang perlahan mulai timbul dari dinding lubang memek.”
Tanpa ragu lagi aku pun memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang ternyata sudah basah setelah kurebahkan tubuhnya di atas meja. Kulakukan gerakan keluar masuk seperti yang diucapkannya. Namun bedanya tak ada lagi darah perawan yang mengalir, karena sudah keduluan Pak Tuppal. Tapi tak apalah yang penting aku bisa menikmati memek cewek yang masih bau kencur ini dan baru sekali dicoblos. Memek ini benar-benar masih terasa sempit.
“Belum lagi Nila sampai pada puncak kenikmatan, Pak Tuppal sudah menyemburkan air maninya ke tubuh Nila. Dia lepaskan kontolnya dari dalam memek Nila begitu dirasakan air maninya mau muncrat. Crot… crot…crot… air maninya membasahi perut Nila.”
Ehm… untung aku masih lama nich muncratnya, jadi pasti kontolku bisa membuatnya orgasme lagi, tidak seperti Pak Tuppal yang langsung muncrat begitu menembus keperawanan Nila. Kumainkan terus kontolku keluar masuk memeknya.
“Waktu itu Nila masih saja tidak berani untuk berkomentar dan meminta agar kontolnya dimasukkan lagi ke memek Nila, karena Dia langsung lemas dan tertidur di atas tubuh Nila. Nila pun dapat merasakan kontolnya mulai mengecil lagi.”
“Nila balikkan tubuh kurus Pak Tuppal saat dia sudah mulai terlelap. Nila kembali mengenakan seluruh pakaian Nila. Setelah berpakaian, mata Nila kembali tertuju ke tubuh Pak Tuppal yang masih telanjang bulat. Nila dapat begitu leluasa memandang tubuh lelaki dewasa secara utuh dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Mungkin karena belum terpuaskan, Nila kembali terangsang saat mata Nila tertuju pada kontol Pak Tuppal, meski saat itu sudah mengecil lagi. Kali ini Nila mencoba untuk berani langsung memegang kontol itu. Nila harap kontol itu bisa ngaceng lagi waktu Nila rangsang. Lama Nila meraba dan mengulum kontol itu, namun belum juga mau ngaceng. Hanya erangan Pak Tuppal yang dapat Nila dengar.”
“Sayang… bapak sudah capek… Nanti lagi, ya….”
“Entah setan apa yang sudah merasuki Nila saat itu, Nila langsung kesal setengah mati mendengar kata-katanya. Nila merasakan sepertinya Nila tidak punya kesempatan untuk mendapat kepuasan. Nila melirik ke meja kecil di samping spring bed. Di situ tergeletak kantong plastik yang berisi buah-buahan dan pisau yang tadi kita beli di supermarket. Nila raih pisau itu. Dan dengan sekali libas… kontol itu pun terlepas dari tubuh Pak Tuppal…”
Dan…. muncratlah darah segar dari tubuh bagian bawah itu.”
“Pak Tuppal hanya sanggup menahan erangan kesakitan dari suara yang nyaris tak terdengar.”
“Au… Sayang … kok kamu tega banget….?”
Dia memegangi bagian yang berdarah itu sambil berguling di atas spring bed hingga terjatuh dan kepalanya membentur sudut meja. Tubuhnya langsung terkapar di atas lantai.”
“Dengan pisau masih di tangan kanan Nila, Nila menyaksikan semua kejadian itu.”
Perlahan Nila mulai sadar.
Nila mulai merasakan airmata membasahi pipi.
Pak Tuppal tidak lagi bergerak.
Nila menyesal.
Nila harus bagaimana ?
Apakah Pak Tuppal meninggal ?
Apakah Nila sudah membunuhnya ?
Kenapa Nila harus membunuhnya ?
Nila hanya kesal karena keinginan Nila tidak tertuntaskan.
Nila ingin merasakan nikmatnya berhubungan intim.
Nila hanya ingin kepuasan bersenggama dari kontol orang dewasa.
Tapi kenapa jadi begini ?
Nila hanya bisa diam tertunduk sampai semuanya terjadi dan berada disini.
Aku dapat merasakan kesedihan dan kekecewaannya. Kudekap lebih erat tubuhnya tanpa melepas kontolku dari dalam memeknya. Untung juga kontolku tidak terbawa kesedihan ceritanya, sehingga masih dapat berdiri dengan tegak dan menancap kuat di dalam memeknya. Kuusap air matanya.
“Sssu…t…. sekarang kamu tidak usah khawatir sayang… Mas Anto siap memuaskan kamu….”
Selesai mengucapkan itu, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan seorang perawat pria masuk ke dalam dan langsung mengunci pintu begitu melihat kami sedang bergumul. Kecerobohanku kembali terjadi, bergumul tidak mengunci pintu.
Dihadapan kami, dia tanpa sungkan langsung melepaskan seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat dan mendekati kami. Aku pun melepaskan kontolku dan membiarkan kontolnya masuk ke dalam memek Nila. Semua kulakukan sebagai ungkapan terima kasih karena dialah yang telah mengantarkanku untuk bertemu dengan Nila. Nila tidak menolak saat kontol perawat itu menembus memeknya. Dan saat dia berada di bawah tubuh Nila, terlihat lubang anus Nila menggodaku. Kuarahkan kontolku ke lubang anus Nila. Kujilati dan kuludahi dulu lubang itu biar basah.
“Ah… “ Nila menjerit lirih.
“Tahan Nila… rasanya sama kok kayak waktu Nila melepas keperawanan dulu.”
Dia pun terdiam. Kulanjutkan kontolku menerjang anusnya. Ludah dan sisa cairan memek yang menempel di kontolku mampu melancarkan kontolku menembus lubang anusnya. Kumainkan naik turun. Lubang anusnya sempit sekali karena memang belum pernah dimasukkin benda apapun apalagi kontol, jadi aku merasakan seperti sedang memperawaninya saja. Aku juga dapat merasakan kontol perawat itu yang bergoyang-goyang dalam memeknya.
Luar biasa… ini benar-benar permainan seks yang nikmat sekali.
Tidak berapa lama perawat itu selesai terlebih dahulu, dia muncratkan spermanya di dalam rahim Nila, kemudian tidak lama Nila mengejang dan orgasme. Dan terakhir aku tumpahkan spermaku di dalam anusnya. Crot…crot…crot… Akh… Nikmat sekali.
Nila menciumiku dan perawat itu, pertanda dia sudah mendapatkan apa yang selama ini dia inginkan.
Oh…. siswi itu ternyata ……